Pages

Saturday, July 27, 2019

TAHAPAN BUDIDAYA LELE SISTEM BIOFLOK

TAHAPAN BUDIDAYA LELE SISTEM BIOFLOK
 Oleh: Aldino Gibran Lubis, S.Pi



Untuk menghasilkan lele yang berkualitas dan kuantitas yang baik perlu melakukan tahapan tahapan dengan benar. Berikut akan menjelaskan tahapan tahapan bedidaya lele sisten bioflok dari mulai awal sampai panen.

Pembuatan Kolam

Untuk kolam bioflok menggunakan kolam bundar atau yang mendekati bundar. Alasan penggunaan kolam bundar karena kolam bundar tidak memiliki sudut ikan akan berenang berputar mengelilingi kolam tanpa menemukan ujung. selain itu distribusi oksigen dari aerator akan merata.
Kolam dapat di buat menggunakan bahan terpat, fiber ataupun dari bahan semen. tinggi kolam sekitar 110 cm dengan sedangkan diameternya dapat disesuaikan dengan kebutuhan (misal D1, D2, D3, atau D4).Kusus untuk kolam semen yang baru perlu dilakukan tindakan khusus karena pada kolam baru masih banyak mengandung bahan sisa semen yang dapat meracuni ikan.

Persiapan Air

Setelah kolam jadi isi air dnegan ketinggian 90 sampai 100 cm kemudian dilakukan penjernihan menggunakan kaporit dengan takaran 20 sampai 30 gram/m3. air diaerosi sterus menerus selama 24 jam nonstop selama 3 hari. Setelah 3 hari efek kaporit akan hilang kemudian masukkan molase tetes tebu atau gula merah cair. hari berikutnya masukkan probiotik kedalam kolam. Hari berikutnya masukkan garam grosok kedalam kolam.
Perlu diingan agar hasil maksimal jangan pernah matikan aerator. setelah itu tuggu dan air akan siap digunakan setelah 7 sampai 10 hari. ciri ciri air hasil fermentasi yang baik, air berwarna agak kecoklat coklatan. didalam kolam terdapat flok atau gumpalan gumpalan kecil yang cukup banyak. flok inilah yang nantinya akan menjadi makanan ikan secara alami.

Pemilihan Bibit

Bibit yang baik diambil dari induk yang berkualitas dan dipelihara dengan baik. Bibit yang baik harus memiliki ukuran yang sama, lincah dan tidak ada luka atau cacat pada tubuhnya. Usahakan dari induk yang sama agar seragam. Kita dapat menebar benih dari ukuran kecil 34 atau yang sedah besar 78. Penebaran benih perlu dilakukan penyesuaian suha ikan dengan suhu kolam. Tujuannya agar saat ikan masuk kolam tidak terjadi stres berlebihan. caranya sengan menempatkan bibit pada wadah plastik atau ember kemudian masukkan wadah kedalam kolam. Tunggu beberapa saat kurang lebih 5 sampai 10 menit agar suhu air di dalam ember sama dengan suhu kolam. Setelah itu baru masukkan benih kedalam kolam secara perlahan dengan cara memiringkan ember hingga semua bibit masuk kedalam kolam.

Menyiapkan Pakan Fermentasi

Agar pertumbuhan lele lebih maksimal perlu di berikan pakan yang  berukualitas. Untuk membuat pakan yang berkualitas baik pakan perlu di fermentasi. Fermentasi jega bermanfaat menyehatkan pencernaan ikan sehingga makanan yang dimakan lele akan maksimal diserap sehingga ikan akam lebih cepat besar dan lebih sehat.
Pembuatan fermentasi dapat dilakukan dengan cara. mencampur probiotik dengan air sebanyak 25% dari berat pakan dengan yang akan difermentasi. campur dengan merata kemudian masukkan pakan kedalam wadah dan tutup dengan rapat. pakan akan siap digunakan setelah 48 jam.

Pemberian Pakan

Pencernaan lele dapat mencerna makanan dengan baik membutuhkan waktu kurang lebih 8 sampai 9 jam. Jadi lele sebaiknya diberi makan sehari cukup 2 kali pada pagi hari dan sore hari. Pakan diberikan dengan takaran 3 sampai 6 persen berat ikan. atau dengan tingkar kekenyangan 80%. setiap 1 kali dalam seminggu lele dipuasakan dan penggunaan pakan dapat dikurangi 30% setelah flok didalam kolam sudah banyak.

Penyortiran

Pertumbuhan lele biasanya tidak seragam karena beberapa faktor seperti kalah dalam persaingan perebutan makan atau memang dasar dari ikannya memiliki pertumbuhan yang lambat. Penyortiran dilakukan setiap 3 minggu sekali dan 2 atau 3 kategori berdasarkan ukuran ikan.
Manfaat penyortiran untuk menghindari kanibalisme karena biasanya lele yang besar akan memakan lele yang lebih kecil. Selain itu agar lele dapat dirawat dengan intensif sehingga pertumbuhannya bisa normal kembali. Setelah penyortiran masukkan lele pada kolam yang berbeda sesuai dengan ukurannya jadi kita membutuhkan 2 atau 3 kolam.

Panen

Panen merupakan bagin yang ditunggu tunggu para petani. Lele siap panen setelah Usia 2,5 sampai 3 bulan tergantung pertumbuhan ikan. sedangkan isi setiap Kilonya sekitar 8 sampai 10 ekor untuk konsumsi. sedangkan 1 sampai 3 ekor untuk pemancingan biasanya membutuhkan pemeliharan yang lebih lama.


Thursday, July 11, 2019

BUDIDAYA IKAN NILA MENGGUNAKAN WARING IKAN


BUDIDAYA IKAN NILA MENGGUNAKAN WARING IKAN
Oleh: Aldino Gibran Lubis, S.Pi


  


1. KOLAM
Jenis kolam yang umum dipergunakan untuk budidaya ikan nila antara lain seperti : Kolam pemeliharaan induk. Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan. Kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C, kedalaman air 40-60 cm, dasar kolam sebaiknya berpasir. 
Kolam pemeliharaan benih atau kolam pendederan. Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan atau ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm. 

KOLAM PEMBESARAN
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Ada kalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, seperti: Kolam pembesaran tahap pertama berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap pertama ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada para pembudidaya.

Kolam pembesaran tahap kedua berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap kedua sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi. Kolam pembesaran tahap ketiga berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi. Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1- 1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.

2. PERALATAN
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah: jala, waring ikan, hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segi empat (untuk menangkap induk ikan atau ikan  komsumsi)

3. PERSIAPAN MEDIA
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dan lain sebagainya. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, 
yang perlu dilakukan yaitu : Pengeringan kolam selama beberapa hari. Lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi. Pemupukan dengan Pupuk Organik Nasa yang berupa TON + Pupuk makro, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi. 

B. Pembibitan 
1. Pemilihan Bibit dan Induk 

Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut : 
1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi. 
2. Pertumbuhannya sangat cepat. 
3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan. 
4. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit. 
5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk. 
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut: a. Betina – Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine. – Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas. – Warna perut lebih putih. – Warna dagu putih. Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan b. Jantan – Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine. – Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas. – Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman. – Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan. – Jika perut distriping mengeluarkan cairan. Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat daripada ikan nila betina.

Ada beberapa cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu : 
1. Secara manual (dipilih) 
2. Sistem hibridisasi antarjenis tertentu 
3. Merangsang perubahan seks dengan hormon 
4. Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara. 
5. Perendaman 
6. Perlakuan hormon melalui pakan 

2. Pembenihan dan Pemeliharaan Benih 
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah : 
– Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan anak ikan. 
– Memelihara anak ikan (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar. Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. 

Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut “benih kebul”. Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut  gelondongan besar.

3. Pemeliharaan Pembesaran 
Dua minggu sebelum dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai terjadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. 
 Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Dan untuk selanjutnya adalah : 
a. Pemupukan Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah. Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu. Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk organik Nasa yang berupa TON dengan di tambahkan Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dengan TON tadi lalu ditebarkan merata di dasar kolam. Selesai pemupukan kalam diairi sedalam 10 cm dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Han kelima air kolam ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm, lalu masukkan Produk Nasa yang berupa POC NASA kedalam kolam dan didiamkan selama 2 hari 2 malam.
Setelah itu, air kolam tersebut ditebari benih ikan nila. Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75- 100 cm. 

b. Pemberian Pakan Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Untuk pakan tambahan bisa juga di tambahkan pakan buatan yang berupa pelet dengan ukuran kecil yang bisa di makan oleh bibit ikan tersebut.Jangan lupa di campurkan dengan produk nasa yang berupa Viterna + POC Nasa + Hormonik ke dalam pelet tersebut. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla) dlsb. 

c. Pemeliharaan Kolam/Tambak Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang berbeda-beda. 

Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat, yaitu :
a) Sistem ekstensif (teknologi sederhana) Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di wilayah desa miskin. Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur, limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.). Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan sistem ekstensif sebenar cukup lumayan, karena pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan seminggu sekali. 

b) Sistem semi-Intensif (teknologi madya) Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur. 
Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih gelondongan besar. Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina. Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran. 

c. Sistem intensif (teknologi maju) Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih. Pada usaha intensif, benih ikan nila yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu.

4. PEMANENAN
Setelah masa pemeliharaan 4 – 6 bulan, Ikan Nila dapat dipanen. Pada saat panen total ukuran ikan bervariasi di atas 50 gram/ ekor. Sistem pemanenan dapat juga dilakukan secara bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap. Teknik memanen yang paling mudah dan murah dengan cara mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang dibuang. Selama panen air segar perlu dialirkan ke dalam kolam untuk mencegah agar ikan tidak banyak yang mati. Ikan akan berkumpul di bak-bak (kubangan) penangkapan atau dalam saluran, kemudian diserok/ditangkap. Setelah panen selesai, kolam pemeliharaan dikeringkan dan dilakukan persiapan kembali untuk pemeliharaan berikutnya.